Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, Maret 07, 2012

Penyembuhan Katarak Terilham dari Baju Nabi Yusuf




Seorang ilmuan Mesir bernama Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad Asyyid, seorang anggota Pusat Lembaga Riset Nasional Mesir, berhasil menciptakan obat tetes mata untuk mengobati penyakit katarak. Ia pun telah berhasil mendapatkan hak paten internasional atas penemuannya tersebut. Pembuatan obat tetes mata ini diilhami dari teks-teks Al-Our’an dalam surat Yusuf. (Demikian, menurut Ensiklopedia Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al-Qur’an Dan Sunah: 206-211).
Kisah mengenai konspirasi saudara-saudara Nabi Yusuf as serta kebutaan yang menimpa ayahnya Nabi Yakub as, akibat kehilangan anaknya ini telah mengilhami Muhammad Sayyid dalam penemuan tersebut. Dalam surat Yusuf dijelaskan bahwa Allah SWT dengan rahmat-Nya memberi baju penyembuh bagi Nabi Yakub as untuk diletakkan di wajahnya. Baju itu adalah milik anaknya sendiri dan hal ini telah membuat penglihatannya pulih kembali.
Selain hendak menunjukkan kekuasaan Allah SWT melalui kisah tersebut. Muhammad Sayyid merasa bahwa ada suatu dimensi material dari sekadar dimensi spritual yang terkandung disana. Karena itu, dengan berbagai riset, ia mencoba membuktikan anggapan tersebut. Atas izin Allah SWT, Muhammad Sayyid berhasil membuktikannya.
Katarak merupakan kerusakan yang terjadi pada lensa mata. Kerusakan ini menyebabkan lensa mata menjadi keruh sehingga tidak dapat menerima cahaya, baik sebagian maupun keseluruhan sesuai tingkat keburaman yang dialami. Ketika keburaman ini mencapai titik kelimat, pandangan mata menjadi lemah. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan seseorang tidak mampu lagi membedakan segala sesuatu yang dilihatnya atau bahkan kebutaan.
Penyebab katarak bermacam-macam, bis` disebabkan pengentalan protein pada lensa, mata yang sering terkena berbagai sinar yang menyilaukan, faktor usia, diabetes juga dapat menimbulkan katarak, dan katarak juga dapat ditimbulkan oleh bawaan oleh seorang anak.
Selain berbagai penyakit tersebut, terjadinya katarak juga ada hubungannya dengan kesedihan dalam diri seseorang. Hal ini didasarkan pada kisah terjadinya kebutaan pada kedua mata Nabi Yakub as akibat kesediahan yang mendalam ditinggalkan anaknya, Nabi Yusuf as. Mengenai hal ini Muhammad Sayyid memberikan keterangan.
Kesedihan yang mendalam, apalagi disertai tangisan, dapat menyebabkan bertambahnya hormon adrenalin dalam tubuh. Hormon adrenalin yang bertambah terus menerus dapat menyebabkan bertambahnya pula zat gula dalam darah. Zat gula ini merupakan salah satu faktor penyebab katarak. Selain kesedihan, kegembiraan yang berlebihan juga dapat mengaruhi hal ini.
Gejala katarak ditandai dengan berkabutnya pandangan mata. Hingga saat ini, pengobatan katarak masih berupa operasi, yaitu dengan mengeluarkan lensa mata yang buram dan mengantinya dengan menambah lensa yang baru di kapsul mata. Secara modern, penangkatan lensa yang buram ini dilakukan dengan jalan menyedotnya keluar.
Pada beberapa percobaan ilmiah, telah didapatkan hasil usaha pengembalian protein putih telur yang mengalami pengentalan ke kondisi semula melalui rekasi kimia. Akan tetapi, usaha pengembalian protein melalui reaksi kimia ini tidak berlaku bagi protein lensa mata. Karena itu, usaha yang diperlukan selanjutnya adalah pengembalian protein lensa mata melalui reaksi fisika. Hal ini bertujuan agar protein lensa mata dapat kembali menjalankan fungsinya dengan seimbang tanpa perlu melakukan operasi penggantian lensa mata.
Berdasarkan hal tersebut. Muhammad Sayyid, melalui kandungan surat Yusuf, mulai melakukan penelitian guna mencari tahu cara menyembuhkan katarak tanpa harus dioperasi. Petunjuk awal didapatkannya dari firman Allah SWT.
“ Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkanlah ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali: dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku. Dan ketika kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah mereka berkata. ‘Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu akan membenarkan aku): Mereka (keluarganya) berkata, ‘Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.’ Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) kewajahnya (Yakub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yakub) berkata, ‘Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Yusuf [12]: 93-96).
Muhammad Sayyid dan rekannya mulai melakukan riset. Didapatlah kemudian bahwa satu-satunya unsur yang terdapat pada baju Nabi Yusuf as adalah keringat. Karena itu, riset diteruskan dengan meneliti komponen yang terkandung dalam keringat manusia.
Percobaan pertama adalah merendam lensa mata yang buram ke dalam keringat. Setelah beberapa lama, lensa mata yang buram tersebut secara berangsur mulai menunjukkan perubahan warna menjadi transparan. Hal ini membuktikan bahwa keringat mengandung komponen yang bermanfaat untuk mengobati katarak. Salah satu komponen yang bermanfaat itu adalah sebuah turunan urea.
Tidak ada efek samping dalam penggunaan komponen keringat ini sebagai bahan dasar obat tetes mata, meskipun keringat merupakan kumpulan materi yang berasal dari pembuangan tubuh. Hal ini karena komponen yang digunakan merupakan turunan urea.
Untuk membuktikan hal tersebut, telah dilakukan percobaan terhadap beberapa binatang, yaitu dengan memberikan komponen keringat ini sebanyak sepuluh kali lipat. Pemberian terjadi melalui mulut dan injeksi pada sekitar selaput protein jantung. Hasilnya, terbukti tidak terjadi efek samping. Percobaan tersebut tidak berpengaruh apa pun pada fungsi hati, kedua ginjal, otak, maupun darah.
Percobaan juga telah dilakukan pada 250 sukarelawan penderita katarak. Hasilnya, pengobatan dengan obat tetes mata yang berbahan dasar salah satu komponen kering`t ini mampu mengembalikan lebih dari 90% penglihatan sukarelawan tersebut.***

Pencurian & Penipuan pada Bangunan Sipil

Julukan modern abad kini; kontraktor makan besi, beton, krikil, ataupun aspal, sudah tak asing lagi didengar di telinga kita. Mengutip dari kata-kata dari Ir. Andy Kirana, M.S.A, yaitu ungkapan umum yang menyakitkan dan sering dilontarkan adalah ”Kontraktor itu pencuri’ atau ”Konsultan itu penipu”. Mengapa demikian? Kembali ke konteks citra buruk bisnis konstruksi tersebut, maka ungkapan tersebut tidaklah berlebihan, apabila masih ada segelintir kontraktor yang terus berusaha untuk mencuri material bangunan.

Kata orang, ”secerdik-cerdiknya polisi”, namun lebih cerdik lagi si pencuri, yang konon katanya lebih cerdik dan lebih nakal dari pada si kancil pada cerita anak-anak. Mencuri material bangunan tidak mudah, karena di samping takut ketahuan, mereka harus mempunyai dan menguasai berbagai teknik akal-akalan yang tidak terpuji, belum lagi mereka harus berhadapan dengan hukum akibat kegagalan bangunan. Dari nara sumber yang sangat menyakinkan yaitu versi ”si-Usil” dari kedai kopi, mengupas tuntas tentang bagaimana akal-akalan kontraktor nakal dan cara mencuri material bangunan.

Dengan teknik perlahan tapi pasti, hampir semua bidang proyek pekerjaan sipil bisa disusupi dengan mudahnya. Proyek konstruksi jalan misalnya; sudah berapa ribu-ribu kubik tanah timbun dimakan, hanya dengan mengeser patok tetap (BM). Mudah sekali, cukup dengan menekan sedikit patot BM sudah dapat meng-uap-kan ribuan kubik tanah timbun, celakanya semua ini bisa tertata rapi, didukung oleh Shop Drawing dan Asbuilt Drawing, yang diiringi oleh berita acara pemeriksaan yang seolah-oleh memang sesuai benar dengan prosedur.

Aspal (Hot-mix) yang berwarna hitam legam mungkin rasanya manis juga, karena konstruksi aspal yang kelihatan sulit dipermainkan pun bisa diakal-akalin untuk dimakan. Untuk mencapai kepadatan tertentu dalam penghamparan aspal ini, persyaratannya harus dilakukan pada temperatur sekian sampai temperatur sekiannya (temperatur tertentu). Dengan memainkan temperatur di bawah dari yang disyaratkan, tentu akan diperoleh volume aspal jadinya yang lebih besar, yang konon kata si-Usil bisa mencuri 10 sampai 30 persen aspal. Hal ini terjadi bisa juga dengan mengakal-akalin terjadinya perbedaan temperatur antara lokasi pembuatan yang disebut dengan AMP, dengan lokasi penghamparan di mana konstruksi jalan dikerjakan.

Di Indonesia pemakaian besi banci, kayu banci, batu bata banci, dan material bangunan lainnya yang serba banci sudah menjadi hal yang lumrah. Sudah berapa banyak material besi yang dimakan, karena menggunakan besi banci. Jangan dianggap sepele akibat pengurangan beberapa milimeter dari diameter besi yang digunakan, karena yang dikurangan adalah diameter bagian luar (out side), maka pengurangan beberapa milimeter itu akan sama dengan pengurangan sekian puluh persen besi dari material besi itu. Bayangkanlah, bagaimana caranya memakan besi beton tajam dan keras ini yang jumlahnya sampai ratusan ton? Luar biasa!

Rupanya beton bisa juga dimakan orang. Pencurian volume beton pada pembuatan jalan setapak misalnya, sisi tepi kiri kanan dibuat sesuai dengan gambar, malahan kadang-kadang sengaja dilebihkan, tetapi pada bagian dalam atau sisi tengahnya dibuat setipis mungkin. Tidak berbeda dengan pekerjaan pengecoran dinding saluran, pada bagian tanggul dibuat sesusai bestek, tetapi pada bagian dinding yang sulit diukur dibuat setipis mungkin. Yang lebih menyedihkan, adalah pekerjaan pembesian tanggul parit pada daerah pelosok, atau daerah yang sepi penghuninya. Besi tanggul bisa ditarik-tarik seiring dengan pekerjaan pengecoran beton tanggul, sehingga rangkaian besi yang panjangnya sepuluh meter bisa dipergunakan untuk pengecoran tanggul yang berpuluh-puluh meter panjangnya.

Begitu juga pada pekerjaan saluran irigasi, pembuatan saluran-saluran primer sampai dengan tersier juga tidak jarang terjadi pencurian spesifikasi, sehingga sudah berapa banyak jaringan irigasi yang tak dapat berfungsi dengan baik. Pada saluran yang gampang dipantau oleh tim pemeriksa dibuat sedemikian bagusnya, tetapi bagaimana dengan area-area yang sulit dijangkau pemeriksa? Mereka kerjakan dengan sesuka hati, kalau perlu hanya dengan satu skop excavator saja, yang penting airnya dapat mengalir dengan tidak memperhatikan debit air yang akan dialiri.

Sebenarnya semua ini tidak perlu terjadi, apabila si pengawas konstruksi bekerja sesuai dengan apa semestinya menurut tugas yang diberikan. Pengawas yang baik sadar bahwa, mereka telah dibayar untuk mengawasi bangunan-bangunan yang dibangun dari uang rakyat. Bagaimana dengan Pimpro yang arif? Dia tidak akan meminta komisi yang konon besarnya bisa mencapai 10%, karena dia sadar komisi tersebut pasti berasal dari hasil jarahan di proyek. Kontraktor tidak mungkin bisa berbuat banyak, apabila pihak-pihak yang terlibat konsekuen dengan tugasnya masing-masing.

Meskipun cerita masalah curi-mencuri di atas hanyalah merupakan cerita ”Si-Usil” di kedai kopi, tetapi pada realitanya tidaklah jauh-jauh dari cerita kedai kopi tersebut, suatu realita yang sulit dibuktikan atau bisa jadi fakta yang enggan dibuktikan. Kalaulah hal ini benar, timbul pertanyaan besar, Apa yang dikerjakan Panitia Lelang? kemanakah konsultan pengawas? Kemanakah tim teknis instansi yang bersangkutan? Apa saja kerja seorang Pimpro? Sampai dilanakah tanggung jawab mereka? Bukankah mereka sudah dibayar untuk tugas tersebut? Dan sampai kapankah hal ini akan terus berlangsung?***