Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Senin, April 13, 2015

PERLUKAH MENCANTUMKAN GELAR?

PERLUKAH MENCANTUMKAN GELAR?


Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia mencantumkan gelar masih dianggap penting. Mungkin hal tersebut bisa meningkatkan status sosial seseorang. Baik itu gelar akademik maupun gelar yang berhubungan dengan religi (ex: Haji, Ustadz, dll).


Merupakan hal yang sudah biasa kita jumpai mencantumkan gelar di undangan pernikahan maupun undangan2 lain. Bahkan, justru menjadi aneh di masyarakat jika kita tak menyertakan gelar.
Ini yang saya alami dulu ketika membuat undangan pernikahan. Orang tua saya sempat protes ketika tahu tak ada gelar hanya nama lengkap saya dan calon suami saya di kartu undangan.
Sebegitu pentingkah pencatuman gelar? Padahal gak ada hubungannya dengan pernikahan dan bukan syarat untuk menikah...hehe. Meskipun hal demikian sah-sah saja, tapi kok bukan pada tempatnya ya....

Beberapa pendapat orang yang mengatakan pentingnya mencantumkan gelar karena alasan ini:
- Masak sekolah tinggi2, bayarnya mahal, gak dipakai gelarnya, sayang kan.
- Gelar itu bisa menunjukkan status sosial kita.
- Sudah biayanya mahal, sayanglah gelar Haji/Hajjah gak dipakai.
- dan masih banyak alasan lainnya...

Pencantuman gelar menurut saya diperlukan untuk saat tertentu saja, misalkan gelar akademik ya digunakan untuk urusan pekerjaan yang memang diperlukan, karena hal tersebut sebagai pendukung kita.

Well...Bagi saya pribadi penulisan gelar/titel bukan hanya untuk dipamerkan. Entah itu bergelar haji, ustadz, dokter, insinyur, sarjana hukum, pendidikan, perawat, bidan, dll. yang terpenting seberapa bermanfaatkah kita bagi orang lain.
Seorang dokter, perawat dengan ilmunya memberi pelayanan umtuk menyembuhkan dan merawat orang sakit, khususnya yang kurang mampu;
Seorang pendidik, dengan ilmunya bisa mendidik generasi penerus bangsa;
Seorang insinyur, dengan ilmunya mampu membangun infrastruktur untuk kepentingan pelayanan umum;
Seorang ustadz, dengan ilmunya menjadikan masyarakat memiliki akhlak yang baik;
dan masih banyak lagi profesi kita yang bermanfaat bagi orang banyak yang tidak hanya sekedar dilakukan untuk mencari materi semata.

Hakekatnya, bukan jenis atau banyaknya gelar yang kita capai, tapi bagaimana konsekuensi kita atas gelar yang kita sandang. That's the point!

15 komentar:

  1. well said mbak.. :) saya juga punya pengalaman yg sama dgn undangan pernikahan. saya ngeyel gak mau pake gelar karena ya pertimbangan yang sama (ga ada hubungannya dengan pernikahan) tapi yah apa mau dikata,pernikahan di budaya kita kan bukan hanya antara 2 pribadi tapi 2 keluarga. bukan hanya 2 kepentingan tapi banyak kepentingan.

    buat apa pake pake gelar kalau tingkah lakunya tidak mencerminkan ya :) Tfs. salam kenal

    BalasHapus
  2. Iya, hehe, kadang gelar membuat kita sombong secara nggak sengaja. Saya tidak terlalu setuju sama orang yang mencantumkan gelarnya pada akun medsosnya, terkesan alay. Ya, tapi kita kan nggak bisa melarang orang untyk berbuat begitu, hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup...semua itu pilihan msg2 individu. Smg kita trhindar dr sifat sombong dan riya'

      Hapus
  3. Kalo dlm pekerjaan biasanya harus dicantumkan karena sk pangkat jabatan nurut gelar pendidikan terakhir tapi dikampung atau pergaulan aku sih santai aja sebut nama aku aja :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak...saya juga mencantumkan gelar hanya untuk urusan kerjaan saja karena memang penting (untuk PNS)...klo gak gitu pangkat saya dipertanyakan...hehe...

      Hapus
  4. Kalau gelar dipajang selalu dikomen gini: "Sarjana kok cuma jadi pengangguran".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe...kadang tanpa sadar kita terkungkung dg gelar kita....padahal kita sebenarnya bisa berkarya lebih dari itu...

      Hapus
  5. Sepakat Mbak. Kadang gelar itu kosekuensinya tinggi :)

    BalasHapus
  6. ya
    tp mnurutq gelar ustad dan haji g ush d pake
    @guru5seni8
    http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com

    BalasHapus
  7. Yes! Agree mbak.
    Bahkan banyak sarjana malah susah lho cari pekerjaan (terutama di kota kecil), mungkin karena perusahaan takut menggaji sarjana yang terlalu tinggi bahkan dulu aku sempat mikir "apa ijazahku ini gak kanggo (terpakai) ya" dan pada akhirnya pabrik lebih membutuhkan skill yang mencerminkan kemampuan kita sebagai sarjana

    BalasHapus
    Balasan
    1. terkadang melihat pengalaman banyak orang ijazahnya tdk sesuai dg pekerjaannya...toh mereka juga sukses...yg trpenting kita selalu berkarya tanpa dibatasi oleh selembar ijazah. Yakin bahwa kemampuan kita tdk sebatas selembar ijazah bahkan bisa lbh dari itu. ;)

      Hapus
  8. Gelar?ijazah?ya itulah realitanya kadang diperlukan untuk bargenig power.. tapi, di INdonesia ini penghargaan terhadap akademis dan hasil karya sangat mengenaskan.sehingga bagi sebagian orang jadi males menjadi orang produktif. di Indonesia Sarjana papun bisa jadi apapun he.... karena pendidikan yang tidak fokus... menjadi salah satu penyebab terpuruknya dunia pendidikan kita.

    BalasHapus